Bunga Bondar
Bunga Bondar adalah
nama sebuah desa kecil di Tapanuli Selatan, kira-kira lima belas menit perjalanan dengan kendaraan bermotor dari kota Sipirok. Entah mengapa desa ini dinamai Bunga Bondar yang dalam bahasa Tapanuli Angkola berarti “bunga di parit”. Menarik, karena ada bunga yang berkonotasi indah, di parit yang berkonotasi kotor, entah cerita apa yang melatar belakangi nama ini.
Mayoritas penduduk kampung ini bermarga Siregar, jika seseorang mengaku bermarga Siregar dari wilayah Sipirok, maka kemungkinan besar ia berasal dari Bunga Bondar.
Kampung Bunga Bondar terletak di penggunungan maka tidak heran bila udaranya sanggup membuat gigi kita bergetar dengan sendirinya. Sampai jam 7 pagi masih terlihat kabut menggelayuti rumah penduduk. Pada malam hari udara dinginnya sanggup menusuk tulang, membuat orang lebih senang berada di dalam rumah, di dapur menghangatkan tubuh di depan tungku. Para bapak mungkin lebih memilih berada di kedai berselimut sarung sambil kongkow dan berdebat kusir tentang siapa pemimpin bangsa yang lebih baik... Sebagian pemuda desa lebih memilih berkumpul di simpang , berselimut sarung juga dan bermain gitar, menyanyikan lagu-lagu terbaru dari band Ungu atau mungkin juga ST12....
Kampung Bunga Bondar terletak di penggunungan maka tidak heran bila udaranya sanggup membuat gigi kita bergetar dengan sendirinya. Sampai jam 7 pagi masih terlihat kabut menggelayuti rumah penduduk. Pada malam hari udara dinginnya sanggup menusuk tulang, membuat orang lebih senang berada di dalam rumah, di dapur menghangatkan tubuh di depan tungku. Para bapak mungkin lebih memilih berada di kedai berselimut sarung sambil kongkow dan berdebat kusir tentang siapa pemimpin bangsa yang lebih baik... Sebagian pemuda desa lebih memilih berkumpul di simpang , berselimut sarung juga dan bermain gitar, menyanyikan lagu-lagu terbaru dari band Ungu atau mungkin juga ST12....
Kegiatan utama penduduk adalah bertani dan berladang. Para bapak dan ibu berserta anak-anaknya bahu membahu mengusahakan sawah ladang milik mereka atau pun milik orang lain. Menjelang sore mereka pulang ke rumah lalu membersihkan diri di pancuran, tempat mandi bersama sambil bercengkerama. Apalagi pancuran wanita, biasanya gosip-gosip yang terbaru dirilis di pancuran ini...
Sebagaimana umumnya di Tapanuli, kegiatan pasar berlangsung seminggu sekali dan di Tapanuli Selatan di seb
ut ‘poken’ (pekan). Tiap-tiap kampung mempunyai hari poken yang berbeda. Selain dari kampung sendiri, pedagang dari kampung lain pun akan datang untuk berjualan. Biasanya, penduduk menjual hasil ladangnya, seberapa pun yang ada, walau itu hanya enam atau tujuh buah labuh siam, ditambah setumpuk terong atau hasil kebun lainnya.
Jika mau ke poken yang lebih besar dan lengkap, bisa ke Sipirok pada hari Sabtu, disini pedagang dari berbagai daerah Tapanuli datang untuk berjualan. Bahkan saya sempat mendengar celoteh pedagang yang berbahasa Sunda. Entah mereka orang Sunda yang sudah menetap di Tapanuli atau orang Batak yang pernah lama tinggal di Pasundan. Barang yang di jual pun beragam, tidak hanya bahan makanan saja tapi juga pakaian, buku, CD, sampai perabotan rumah tangga. Bagi penggemar jajanan pasar seperti saya pasti akan merasa dimanjakan di poken ini. Makanan kecil seperti, "itak-itak" makanan khas Tapsel yang terbuat dari tepung beras dicampur gulamerah lalu dikukus. Ada pula "krakeling", yaitu kue angka 8 yang terbuat dari tepung ketan lalu dibalut gula putih. Belum lagi pisang goreng khas Padang Sidimpuan dari pisang kepok merah didibungkus adonan tepung beras yang garing, nyam nyam... Di Sipirok ada rumah makan yang “te-o-pe-be-ge-te” (top banget), spesial menyediakan sop buntut yang rasanya tabooo nai... (enaaak sekali), empuk dan tidak terasa berlemak. selain itu ada pula sambal ikan teri yang renyah, dan tentu saja ikan yang dimasak dengan bumbu arsik, tidak ketinggalan sayur daun singkong tumbuk. Rumah makan ini buka siang malam.
Jika mau ke poken yang lebih besar dan lengkap, bisa ke Sipirok pada hari Sabtu, disini pedagang dari berbagai daerah Tapanuli datang untuk berjualan. Bahkan saya sempat mendengar celoteh pedagang yang berbahasa Sunda. Entah mereka orang Sunda yang sudah menetap di Tapanuli atau orang Batak yang pernah lama tinggal di Pasundan. Barang yang di jual pun beragam, tidak hanya bahan makanan saja tapi juga pakaian, buku, CD, sampai perabotan rumah tangga. Bagi penggemar jajanan pasar seperti saya pasti akan merasa dimanjakan di poken ini. Makanan kecil seperti, "itak-itak" makanan khas Tapsel yang terbuat dari tepung beras dicampur gulamerah lalu dikukus. Ada pula "krakeling", yaitu kue angka 8 yang terbuat dari tepung ketan lalu dibalut gula putih. Belum lagi pisang goreng khas Padang Sidimpuan dari pisang kepok merah didibungkus adonan tepung beras yang garing, nyam nyam... Di Sipirok ada rumah makan yang “te-o-pe-be-ge-te” (top banget), spesial menyediakan sop buntut yang rasanya tabooo nai... (enaaak sekali), empuk dan tidak terasa berlemak. selain itu ada pula sambal ikan teri yang renyah, dan tentu saja ikan yang dimasak dengan bumbu arsik, tidak ketinggalan sayur daun singkong tumbuk. Rumah makan ini buka siang malam.
Kembali ke Bunga Bondar, kekerabatan sangat kental terasa di kampung ini. Seperti umumnya kehidupan kampung, gotong royong menjadi dasar hidup dalam kebersamaan, duka ditanggung bersama, terlebih lagi suka, dinikmati bersama juga. Pada umumnya penduduk terikat dalam hubungan kekeluargaan, entah itu oleh karena pertalian darah atau pun perkawinan. Satu hal positif yang menonjol di Bunga Bondar adalah, tidak terasa adanya perbedaan keyakinan antara pemeluk agama yang berbeda-beda. Kekerabatan adalah yang utama dan terpelihara dengan baik di Bunga Bondar, sejak dahulu kala sampai hari ini dan sampai seterusnya, semoga ! Secara geografis, Bunga Bondar terletak di dekat perbatasan Tapanuli Selatan dan Tapanuli Utara, sehingga jumlah penduduk yang beragama Kristen dan Islam berimbang. Menariknya penduduk kampung pun mampu meresponi perimbangan yang timbul secara alami tersebut dan memelihara harmonisasi dengan baik.
Setiap warga saling menghormati dan menghargai keyakinan masing-masing, tidak ada kecurigaan, iman diyakini se
bagai hal yang wajib ditanggung jawabi secara pribadi kepada Tuhan. Kalau pun ada perpindahan keyakinan yang biasanya terjadi oleh karena perkawinan maka itu adalah keputusan yang menjadi tanggung jawab langsung individu tersebut. Sesungguhnya ini adalah wajah Indonesia beberapa waktu yang lalu, dimana Bhineka Tunggal Ika bukanlah slogan tapi nyata dalam keseharian bangsa. Jujur saja saat ini Bhineka Tunggal Ika lebih terasa sebagai kata-kata mutiara belaka. Bangsa Indonesia terbentuk dengan berbagai suku bangsa dan agama, Tuhan mengijinkan dan menjadikan Indonesia demikian adanya. Oleh karena itu para bapak bangsa menjaga kebinekaan ini dengan Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila untuk suatu tujuan yang menjangkau masa depan sebagai bentuk tanggung jawab kepada Tuhan. Wajah Indonesia yang indah dan harmonis itu masih tersisa di Bunga Bondar, mungkin tersisa juga di pelosok-pelosok lain di negri Indonesia tercinta ini.
Bunga bondar sungguh cantik, bukan saja karena alam pegunungan atau hamparan sawah bak permadani tapi juga oleh karena harmonisasi kehidupan penduduk kampungnya. Saya yakin ini bukan karena penduduknya saling bertalian keluarga. Lazimnya sebuah desa dimana antar penduduk banyak terikat persaudaraan oleh perkawinan, harmonisasi yang ada di Bunga Bondar terjaga oleh karena karakter Indonesia yang asli masih terpelihara dan dijaga terus... Bunga Bondar cantik luar dalam.
Saya yakin, Bunga Bondar bukan satu-satunya kampung yang cantik luar dalam, pasti masih banyak kampung lainnya yang seperti ini. Kemurnian hati dan pikiran memang lebih mudah terpelihara di kampung-kampung...
Komentar