Kematian
Tuhan baru saja memanggil beberapa orang terdekat di keluarga saya, dipisahkan dari orang yang dikasihi sungguh menimbulkan duka.. Tuhan memberi kekuatan dan hidup harus terus berjalan..
Saya jadi berpikir tentang kematian, setiap manusia harus mati tidak ada jalan lain dan tidak ada cara untuk mengelak.., setiap orang lahir harus mati, setiap kehidupan akan berujung pada kematian dan kematian dapat datang kapan saja setiap saat..
Ada yang menganggap kematian sebagai suatu keuntungan (Fil 2:21). Ada lagi yang mengatakan, pergi ke rumah duka lebih baik daripada pergi ke rumah pesta (Pengkh 7:2).
Kata pemazmur:
Berharga di mata Tuhan kematian semua orang yg dikasihiNYA.. (Mzm 116:15).
Namun lebih banyak lagi orang yang memandang kematian sebagai suatu kengerian.. dan konsep pemikiran seperti ini terasa umum dan biasa sehingga tidak dipertanyakan lagi. Padahal pertanyaan-pertanyaan serius dapat timbul dari pemikiran tersebut. Mengapa kematian itu mengerikan? Apakah karena identik dengan hukuman neraka? Jika kematian adalah sesuatu yang mengerikan mengapa tidak persiapkan diri dengan baik untuk menghadapinya ? Siap tidak siap suka tidak suka, suatu saat kita akan berhadapan dengan kematian kita masing-masing..
Timbul serangkaian pertanyaan bagi yang "menyukai kematian" :
Mengapa kematian dianggap sebagai keuntungan ?
Mengapa rumah duka lebih disukai dari pada rumah pesta?
Mengapa ada kematian yang berharga di mata Tuhan?
Alkitab dalam Yohanes pasal 3 ayat 16 menulis apa yang dikatakan Yesus:
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Saya yakin, mereka yang memandang kematian sebagai keuntungan, memegang janji Tuhan yang sangat spesifik berbicara mengenai anugrah hidup kekal=masuk surga.. bukan binasa=hukuman neraka.
Rumah duka lebih disukai oleh karena menandakan berakhirnya sebuah kehidupan fana, beralih pada kehidupan kekal bersama Tuhan.
Tuhan mengasihi setiap orang yang percaya kepada-Nya dengan demikian berhak memegang janji-Nya, itu sebabnya Ia menilai berharga kematian semua orang yang dikasihi-Nya.
Saya jadi berpikir tentang kematian, setiap manusia harus mati tidak ada jalan lain dan tidak ada cara untuk mengelak.., setiap orang lahir harus mati, setiap kehidupan akan berujung pada kematian dan kematian dapat datang kapan saja setiap saat..
Ada yang menganggap kematian sebagai suatu keuntungan (Fil 2:21). Ada lagi yang mengatakan, pergi ke rumah duka lebih baik daripada pergi ke rumah pesta (Pengkh 7:2).
Kata pemazmur:
Berharga di mata Tuhan kematian semua orang yg dikasihiNYA.. (Mzm 116:15).
Namun lebih banyak lagi orang yang memandang kematian sebagai suatu kengerian.. dan konsep pemikiran seperti ini terasa umum dan biasa sehingga tidak dipertanyakan lagi. Padahal pertanyaan-pertanyaan serius dapat timbul dari pemikiran tersebut. Mengapa kematian itu mengerikan? Apakah karena identik dengan hukuman neraka? Jika kematian adalah sesuatu yang mengerikan mengapa tidak persiapkan diri dengan baik untuk menghadapinya ? Siap tidak siap suka tidak suka, suatu saat kita akan berhadapan dengan kematian kita masing-masing..
Timbul serangkaian pertanyaan bagi yang "menyukai kematian" :
Mengapa kematian dianggap sebagai keuntungan ?
Mengapa rumah duka lebih disukai dari pada rumah pesta?
Mengapa ada kematian yang berharga di mata Tuhan?
Alkitab dalam Yohanes pasal 3 ayat 16 menulis apa yang dikatakan Yesus:
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Saya yakin, mereka yang memandang kematian sebagai keuntungan, memegang janji Tuhan yang sangat spesifik berbicara mengenai anugrah hidup kekal=masuk surga.. bukan binasa=hukuman neraka.
Rumah duka lebih disukai oleh karena menandakan berakhirnya sebuah kehidupan fana, beralih pada kehidupan kekal bersama Tuhan.
Tuhan mengasihi setiap orang yang percaya kepada-Nya dengan demikian berhak memegang janji-Nya, itu sebabnya Ia menilai berharga kematian semua orang yang dikasihi-Nya.
Komentar